WELCOME TO THIS BLOG

Semoga membuka hati untuk menggemari budaya kita BUDAYA NUSANTARA
Blog saya mendiskripsikan tentang budaya-budaya alat musik nusantara, antara lain :
1.Angklung
2.Gamelan
3.Seruling
4.Kolintang
5.Serunai
Saya harap para pengunjung blog saya bisa lebih memahami tentang alat musik Indonesia dan Lestarikan Budaya Indonesia...!!!

Kamis, 16 April 2009

Kabar Sosial Budaya

Museum Musik Barcelona Perkenalkan Gamelan Bali

24 Mar 2009 21:11:11

Jakarta, (tvOne) Museum Musik Barcelona memperkenalkan gamelan Bali kepada publik Spanyol dalam rangkaian acara peringatan 10 tahun Yayasan Auditorio Pemerintah Kota (Pemkot) Barcelona --yayasan yang membawahi museum musik Barcelona. Menurut informasi dari Departemen Luar Negeri di Jakarta, Selasa (24/3/2009), pengenalan gamelan itu merupakan hasil kerja sama dengan Kedutaan Besar RI untuk Spanyol di Madrid (KBRI Madrid). Group Gamelan KBRI mengadakan pertunjukan gamelan kepada publik dalam tiga sesi di hadapan sedikitnya 300 pengunjung. Wakil Direktur museum musica Barcelona, Oriol Rossinyol yang juga seorang pemerhati musik etnik, memandu acara dengan memperkenalkan terlebih dahulu musik gamelan dalam masyarakat Bali dan detail lengkap perangkat musik gamelan. Grup gamelan Indonesia membawakan tiga lagu yaitu Gilak Dhong, Topeng dan Pendet yang disambut meriah dan tepuk tangan para pengunjung museum. Setelah pertunjukan gamelan, para pengunjung diajak ke depan panggung untuk diajari cara memainkan alat musik gamelan Bali. Terlihat respon yang baik dan positif dari pengunjung museum terhadap gamelan Bali itu, demikian pula antusias yang besar dari pengunjung untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gamelan Bali. Alat musik gamelan yang digunakan Grup gamelan KBRI dalam pertunjukan di museum musik adalah peralatan gamelan Bali koleksi museum musik Barcelona. Gamelan tersebut merupakan sumbangan Gubernur Bali 27 Februari 2009. Pertunjukan gamelan oleh grup gamelan KBRI Madrid pada HUT ke-10 Yayasan Auditorio Pemkot Barcelona merupakan salah satu wujud kolaborasi antara KBRI dengan pihak museum.

Sumber www.TVOne.co.id

Kabar Sosial Budaya

Museum Musik Barcelona Perkenalkan Gamelan Bali

24 Mar 2009 21:11:11

Jakarta, (tvOne) Museum Musik Barcelona memperkenalkan gamelan Bali kepada publik Spanyol dalam rangkaian acara peringatan 10 tahun Yayasan Auditorio Pemerintah Kota (Pemkot) Barcelona --yayasan yang membawahi museum musik Barcelona. Menurut informasi dari Departemen Luar Negeri di Jakarta, Selasa (24/3/2009), pengenalan gamelan itu merupakan hasil kerja sama dengan Kedutaan Besar RI untuk Spanyol di Madrid (KBRI Madrid). Group Gamelan KBRI mengadakan pertunjukan gamelan kepada publik dalam tiga sesi di hadapan sedikitnya 300 pengunjung. Wakil Direktur museum musica Barcelona, Oriol Rossinyol yang juga seorang pemerhati musik etnik, memandu acara dengan memperkenalkan terlebih dahulu musik gamelan dalam masyarakat Bali dan detail lengkap perangkat musik gamelan. Grup gamelan Indonesia membawakan tiga lagu yaitu Gilak Dhong, Topeng dan Pendet yang disambut meriah dan tepuk tangan para pengunjung museum. Setelah pertunjukan gamelan, para pengunjung diajak ke depan panggung untuk diajari cara memainkan alat musik gamelan Bali. Terlihat respon yang baik dan positif dari pengunjung museum terhadap gamelan Bali itu, demikian pula antusias yang besar dari pengunjung untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gamelan Bali. Alat musik gamelan yang digunakan Grup gamelan KBRI dalam pertunjukan di museum musik adalah peralatan gamelan Bali koleksi museum musik Barcelona. Gamelan tersebut merupakan sumbangan Gubernur Bali 27 Februari 2009. Pertunjukan gamelan oleh grup gamelan KBRI Madrid pada HUT ke-10 Yayasan Auditorio Pemkot Barcelona merupakan salah satu wujud kolaborasi antara KBRI dengan pihak museum.

Sumber www.TVOne.co.id

Kamis, 09 April 2009

Kaum Wanita Mendominasi Kolintang

Oleh : Rokimdakas 16-Jun-2008, 17:08:53 WIB - [www.kabarindonesia.com]
KabarIndonesia - Lomba Kolintang di Taman Budaya JatimSebelas grup kolintang menampilkan kepiawainnya di Taman Budaya Jawa Timur. Dalam kompetisi yang berlangsung di Gedung Cak Durasim Jl. Gentengkali 23 Surabaya, yang terpilih sebagai juara pertama kategori dewasa adalah grup PT PLN PJB sedangkan SMA Santo Carolus untuk kelompok remaja.Lomba kolintang yang digelar dalam rangka menyongsong Surabaya Full Musik 2008 yang mulai digelar pada tanggal 18 hingga 22 itu didominasi oleh pemain wanita. Sejak kesenian ini berkembang di luar daerah asalnya Minahasa tampaknya perkusi ini diminati kaum wanita sebagaimana. "Di tempat kami terdapat dua grup kolintang - remaja dan dewasa - yang semua pemainnya tediri atas ibu-ibu dan para remaja putri keluara pegawai PT Semen Gresik," tutur Ny. Sony, ketua kerukunan wanita PT. Semen Gresik yang memenej beberapa kegiatan guna mengembangkan potensi kaum perempuan. Penuturan senada juga disampaikan seorang peserta dari Petro Kimia Gresik, "setiap Senin kami latihan kolintang selama dua jam, meskipun sulit tapi tetap kami tekuni karena kegiatan ini merupakan refreshing di tengah rutinitas mengurusi rumah tangga." Sementara beberapa mahasiswa Akademi Kebidanan Griya Husada menuturkan, bagi teman-teman bermain kolintang ini merupakan kegiatan ekstra di selah kesibukan kuliah. Kalau waktunya sedang longgar maka kami mengadakan latihan. Tapi akhir-akhir ini nyaris tidak pernah latihan karena tugas kuliahnya sedang padat. Bagi peserta lomba diwajibkan menyajikan sebuah lagu keroncong Baktimu Kartini atau Bangunlah sedangkan untuk lagu pilihan bersifat bebas. Tiga juri yang diketengahkan adalah para pelatih kolintang senior, antara lain Yasid Arif, M. Ichsan dan Bambang Jazz. Mereka akhirnya peserta dari PT PLN PJB sebagai juara pertama disusul PIPSG (Semen Gresik), PIK PG (Petrokimia Gresik), Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya, SMP PGRI I Buduran (Sidoarjo) Untuk remaja, juara pertama diraih oleh SMA Santo Carolus disusul SMP Stanis Laus I, SMP Stanis Laus II, SMA Santo Caralus, SMP YPPI I Surabaya, SD Santo Yosep dan SD Santo Carolus. Masing-masing pemenang memperoleh tropi dari Taman Budaya Propinsi Jawa Timur. (r)

SERUNAI


Serunai Alat Musik Tradisional MinangSerunai atau puput serunai, lebih dikenal sebagai alat musik tiup tradisional Minang. Ia dikenal merata di seluruh Sumatera Barat, baik di darat maupun pesisir. Yang disebut darat terutama luhak nan tigo (Agam, Tanah Datar dan Limo Puluah Koto), sedangkan pesisir, daerah Sumatera Barat sepanjang pantai Lautan Hindia.Puput serunai biasanya dibunyikan pada acara-acara keramaian adat, seperti perkawinan, perhelatan penghulu (batagak pangulu) dan lain-lain. Atau ditiup secara santai oleh perporangan, pada saat memanen padi atau diladang. Boleh jadi ia dimainkan secara solo atau sendirian, dan bisa pula secara koor, atau digabung dengan alat musik tradisional lainnya, seperti talempong, gendang dan sebagainya.Alat yang digunakan untuk puput serunai terdiri dari batang padi, sejenis kayu atau bambu, tanduk kerbau atau daun kelapa.Rinciannya begini. Untuk bagian penata bunyi, bahannya terbuat biasanya dari kayu capo ringkik atau dari bambu talang. Ukurannya, sebesar ibu jari tangan. Capo ringkik itu adalah sejenis perdu, kayunya keras tetapi bagian dalam lunak, sehingga mudah dilubangi.Panjangnya sekitar 20 cm, diberi 4 lubang berjarak 2,5 cm, yang berfungsi mengatur irama. Nadanya hanya do-re-mi-fa-sol atau disebut nada pentatonis. Ini nada yang lazim pada alat musik tradisional Minang.Sedangklan puput atau bagian yang ditiup bisa terbuat dari kayu atau talang (sejenis bambu) ataupun dari batang padi tua.Lalu ada penyambung. Berf ungsi sebagai pangkal puput. Panjangnya sekitar 5 cm, yang terbuat dari kayu keras. Penyambung ini dilubangi untuk saluran nafas, yang bersambungan dengan poros badan dan poros corong. Di bagian belakang penyambung ini berbentuk corong pula, dengan garis tengah 2 cm.Kemudian bagian corong. Ini adalah bagian serunai yang dibentuk membasar. Fungsinya untuk memperkeras atau memperbesar volume suara. Bagian ini biasanya terbuat dari kayu (terutama kayu gabus), atau dari tanduk kerbau yang secara alamiah telah berbentuk lancip, ataupun dari daun kelapa yang dililitkan. Panjangnya sekitar 10 sampai 12 cm, dengan garis tengah 6 cm di bagian yang mengembang.Dalam pembuatannya terdapat spesifikasi yang bervarisi di tiap daerah. Malah, pengaturan nada ada pula dengan cara menutup dan membuka permukaan corong. Dalam hal serunai dimainkan bersama instrumen lainnya seperti talempong, gendang dan gong maka panduan bunyinya sungguh merupakan irama klasik Minang yang amat menyentuh kalbu



KOLINTANG
SEJARAH & PERKEMBANGANNYA







Kolintang merupakan alat musik khas dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang mempunyai bahan dasar yaitu kayu yang jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar).

Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain.

Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa (th.1830). Pada saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh rombongannya.

Adapun pemakaian kolintang erat hubungannya dengan kepercayaan tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-upacara ritual sehubungan dengan pemujaan arwah para leluhur. Itulah sebabnya dengan masuknya agama kristen di Minahasa, eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir menghilang sama sekali selama ± 100th.
Sesudah Perang Dunia II, barulah kolintang muncul kembali yang dipelopori oleh Nelwan Katuuk (seorang yang menyusun nada kolintang menurut susunan nada musik universal). Pada mulanya hanya terdiri dari satu Melody dengan susunan nada diatonis, dengan jarak nada 2 oktaf, dan sebagai pengiring dipakai alat-alat "string" seperti gitar, ukulele dan stringbas.

Tahun 1954 kolintang sudah dibuat 2 ½ oktaf (masih diatonis). Pada tahun 1960 sudah mencapai 3 ½ oktaf dengan nada 1 kruis, naturel, dan 1 mol. Dasar nada masih terbatas pada tiga kunci (Naturel, 1 mol, dan 1 kruis) dengan jarak nada 4 ½ oktaf dari F s./d. C. Dan pengembangan musik kolintang tetap berlangsung baik kualitas alat, perluasan jarak nada, bentuk peti resonator (untuk memperbaiki suara), maupun penampilan.

Saat ini Kolintang yang dibuat sudah mencapai 6 (enam) oktaf dengan chromatisch penuh.


Peralatan & CARA MEMAINKAN

Setiap alat memiliki nama yang lazim dikenal. Nama atau istilah peralatan Musik kolintang selain menggunakan bahasa tersebut diatas juga memiliki nama dengan menggunakan bahasa Minahasa, dan untuk disebut lengkap alat alat tersebut berjumlah 9 buah. Tetapi untuk kalangan professional, cukup 6 buah alat sudah dapat memainkan secara lengkap. Kelengkapan alat tersebut sebagai berikut:



B - Bas = Loway

C - Cello = Cella

T - Tenor 1 = Karua

- Tenor 2 = Karua rua

A - Alto 1 = Uner

- Alto 2 = Uner rua

U - Ukulele/Alto 3 = Katelu

M - Melody 1 = Ina esa

- Melody 2 = Ina rua

- Melody 3 = Ina taweng





MELODY

Fungsi pembawa lagu, dapat disamakan dengan melody gitar, biola, xylophone, atau vibraphone. Hanya saja dikarenakan suaranya kurang panjang, maka pada nada yang dinginkan; harus ditahan dengan cara menggetarkan pemukulnya( rall). Biasanya menggunakan dua pemukul, maka salah satu melody pokok yang lain kombinasinya sama dengan orang menyanyi duet atau trio (jika memakai tiga pemukul). Bila ada dua melody, maka dapat digunakan bersama agar suaranya lebih kuat. Dengan begitu dapat mengimbangi pengiring (terutama untuk Set Lengkap) atau bisa juga dimainkan dengan cara memukul nada yang sama tetapi dengan oktaf yang berbeda. Atau salah satu melody memainkan pokok lagu, yang satunya lagi improvisasi.



CELLO

Bersama melody dapat disamakan dengan piano, yaitu; tangan kanan pada piano diganti dengan melody, tangan kiki pada piano diganti dengan cello. Tangan kiri pada cello memegang pemukul no.1 berfungsi sebagai bas, sedangkan tangan kanan berfungsi pengiring (pemukul no.2 dan no.3). Maka dari itu alat ini sering disebut dengan Contra Bas. Jika dimainkan pada fungsi cello pada orkes keroncong, akan lebih mudah bila memakai dua pemukul saja. Sebab fungsi pemukul no.2 dan no.3 sudah ada pada tenor maupun alto.



TENOR I & ALTO I

Keenam buah pemukul dapat disamakan dengan enam senar gitar.



ALTO II & BANJO

Sebagai ukulele dan "cuk" pada orkes keroncong.



ALTO III (UKULELE)

Pada kolintang, alat ini sebagai ‘cimbal’, karena bernada tinggi. Maka pemukul alto III akan lebih baik jika tidak berkaret asal dimainkan dengan halus agar tidak menutupi suara melody (lihat petunjuk pemakaian bass dan melody contra).



TENOR II (GITAR)

Sama dengan tenor I, untuk memperkuat pengiring bernada rendah.



BASS

Alat ini berukuran paling besar dan menghasilkan suara yang paling rendah.



SUSUNAN ALAT

Lengkap (9 pemain) :

Melody - Depan tengah

Bass - Belakang kiri

Cello - Belakang kanan

Alat yang lain tergantung lebar panggung (2 atau 3 baris) dengan memperhatikan fungsi alat (Tenor & Alto).



NADA NADA DASAR

Nada nada dalam alat kolintang sebagai berikut:



C = 1 3 5 Cm = 1 2 5

D = 2 4 6 Dm = 2 4 6

E = 3 5 7 Em = 3 5 7

F = 4 6 1 Fm = 4 5 1

G = 5 7 2 Gm = 5 6 2

A = 6 1 3 Am = 6 1 3

B = 7 2 4 Bm = 7 2 4



Sedangkan chord lain, yang merupakan pengembangan dari chord tersebut diatas, seperti C7 = 1 3 5 6, artinya nada do diturunkan 1 nada maka menjadi le . Sehingga saat membunyikan 3 bilah dan terdengar unsur bunyi nada ke 7 dalam chord C, maka chord tersebut menjadi chord C7. Demikian pula dengan chord yang lain.



CARA Memegang pemukul/ stick kolintang



Memegang Pemukul Kolintang, memang tidak memiliki ketentuan yang baku, tergantung dari kebiasaan dan kenyamanan tangan terhadap stik. Tetapi umumnya memegang stick kolintang dilakukan dengan cara :

No. 1 Selalu di tangan kiri

No. 2 Di tangan kanan (antara ibu jari dengan telunjuk)

No. 3 Di tangan kanan (antara jari tengah dengan jari manis) – agar pemukul no.2 dapat digerakkan dengan bebas mendekat dan menjauh dari no.3, sesuai dengan accord yang diinginkan. Dan cara memukul dan disesuaikan dengan ketukan dan irama yang diinginkan, dan setiap alat memiliki, ciri tertentu sesuai fungsi didalam mengiringi suatu lagu. Pada alat Bass dan alat Melody umumnya hanya menggunakan 2 stick, sehingga lebih mudah dan nyaman pada tangan.

( Nomor nomor tersebut diatas telah tertera disetiap pangkal pemukul stick masing masing alat kolintang)



Teknik Dasar memainkan stick pada bilah kolintang sesuai alat dan jenis irama



Dari sekian banyak irama dan juga lagu yang ada, beberapa lagu sebagai panduan untuk memainkan alat musik kolintang disertakan dalam materi ini. Seperti:

Sarinande
Lapapaja
Halo halo Bandung
Besame Mucho

Lagu lagu tersebut memiliki tingkat kesulitan yang berbeda baik chord dan irama. Lagu lagu tersebut telah dilengkapi dengan partitur serta chord/ accord untuk memudahkan memahami alat musik kolintang.



Demikian pula dengan teknik memukulkan stick pada bilah kolintang. Karena sesuai irama yang beraneka ragam, maka untuk menghasilkan irama tertentu maka teknik memukulkan stik pada tiap alat pun berbeda beda. Pada materi ini, diberikan teknik teknik dasar cara memukulkan stick pada kolintang. Untuk dapat memahami teknik, dibutuhkan pengetahuan akan harga dan jumlah ketukan dalam setiap bar nada. Dan berbekal pengetahuan dasar dasar bermain kolintang ini saja, ditambah dengan bakat individu, maka grup/ kelompok musik kolintang telah dapat memainkan berbagai jenis lagu dengan tingkat kesulitan yang variatif secara spontan


Kamis, 02 April 2009

Cerpen Lucu

Over Genius

Jam baru menunjukkan pukul setengah lima subuh. Selimut hangat terhampar di ranjang. Bantal empuk juga masih belum terlalu panas. Ranjang pun masih setia menunggu untuk ditiduri. Cuma orang bodoh yang memilih meninggalkan itu semua hanya untuk memandangi dirinya sendiri alias becermin.Tapi, Park sama sekali bukan orang bodoh. IQ-nya jauh lebih tinggi daripada anak-anak normal. Sampai-sampai, orang tuanya takut, jangan-jangan anak mereka bakal gila saking geniusnya. Pernah dengar kan kalau beda antara kegeniusan dengan kegilaan itu hanya dibatasi oleh sehelai rambut?Mengingat, orang pintar seharusnya tidak memilih becermin subuh-subuh. Dengan kegiatan seperti ini, kekhawatiran orang tua Park sepertinya sedikit beralasan. Tapi, Park ternyata bukan sekadar becermin. Ia juga berpikir.Bukan, bukan berpikir mengapa jerawatnya tumbuh di jidat dan bukannya di bibir saja. Ia juga bukan berpikir mengapa ia jelek. Apalagi, berpikir mengapa ia tampan. Ia masih cukup pintar untuk tidak berpikir begitu. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu hanya dilontarkan oleh orang bodoh. Sekali lagi, Park bukanlah orang bodoh.la hanya berpikir mengapa di dalam cermin itu ada ruang yang persis sama dengan kamarnya? Mengapa pula ada anak lain seperti dirinya di sana? Padahal, seingat dia, ketika masih berada dalam perut ibunya tak ada anak lain yang ikut berebut makanan dengannya (baca: kembarannya).Jangan remehkan ingatan ini. Kelak, bukan tidak mungkin memorinya akan menyaingi memori super milik.Satu lagi. la juga jengkel mengapa dari tadi anak
****** itu menirunya terus-terusan? Eh, jangan tertawa! Aku yakin, kalian tak pernah -dan tak akan pernah-memikirkan hal semacam itu. Iya kan? Tapi, Park melakukannya!Bahkan, tak terasa sepuluh menit telah berlalu sejak ia memandang anak di seberang cermin itu. Tak ada pula yang berubah, selain ia semakin jengkel! Mengapa, sih, anak kecil itu meniru-niru dirinya terus? Seandainya bisa melihat tampang Park, rasanya kita pasti yakin kalau ia benar-benar ingin mencekik anak itu sekarang.Park benar-benar mengepalkan tinjunya. Yang lebih menyebalkan, anak itu juga melakukannya!Wah, nantang dia! pikir Park kesal.Kemudian, Park membuang muka dan pergi mengambil bukunya. Sekadar informasi, buku Park ini bukan sembarang buku yang berjudul Kancil dan Keledai. Melainkan, berjudul Matematika Amat Mudah, Tingkat Akhir. Luar biasa.Namun, tiba-tiba sebuah kertas kecil jatuh dari dalam buku itu. Kali ini, kertas itu bukan berisi rumus-rumus aljabar. Melainkan, sebuah cerita singkat berjudul Dunia dalam Cermin.Otak genius Park mulai bekerja, memasukkan data-data sampai ke dalam sel-sel otaknya yang terkecil. Mengumpulkan ingatan-ingatan dan fakta-fakta, digabung dengan berbagai kemungkinan serta sedikit imajinasi. Kerja keras otaknya akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan.Memang ada dunia di balik sebuah cermin.Kesimpulan itu semakin beralasan bagi Park. Ketika dia mengintip dari balik kursinya untuk melihat cermin besar itu, lagi-lagi si anak ****** itu juga sedang mengintip dirinya.Dengan perasaan luar biasa bangga, Park mulai berjalan ke "dunia sana". Park merasa berada di awang-awang, mengingat si genius yang bahkan tak pernah menemukan teori cerdas itu.Lalu, Park mulai membayangkan dirinya berada di podium, menerima sebuah hadiah berupa nobel raksasa. Ia juga mulai berpikir untuk mengganti namanya menjadi Park Einsteino. Terdengar sedikit lebih keren daripada Park .Tak terasa, jarak antara Park dan dunia barunya itu semakin sempit. Semakin dekat langkahnya dengan cermin raksasa tersebut, semakin lebar pula senyum dan imajinasinya. Tak lama lagi, ia bisa dipastikan menguasai dunia.Tiga langkah lagi, air liurnya sudah kelihatan menetes. Dua langkah lagi, ia semakin mirip ilmuwan gila. Satu langkah lagi, rasanya ia sudah benar-benar gila sekarang. Dan, ini dia. Welcome to the new life, Park!Praaannggg!***

"Benar, Pak. Tolong kirimkan satu unit ambulans ke Jalan Tongkol no. 9. Sekarang juga, Pak! Kondisi gawat darurat. Ada anak kecil yang terluka parah gara-gara nubruk kaca!

Minggu, 29 Maret 2009





Gamelan, Orkestra a la Jawa

Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan pemusik gamelan ternama. Pagelaran musik gamelan kini bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun Yogyakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota inilah anda bisa menikmati versi aslinya.

Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah bentuk gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama musik gamelannya.

Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.

Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.

Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.

Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.

Anda bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri maupun sebagai pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti wayang kulit dan ketoprak. Sebagai sebuah pertunjukan tersendiri, musik gamelan biasanya dipadukan dengan suara para penyanyi Jawa (penyanyi pria disebut wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana). Pertunjukan musik gamelan yang digelar kini bisa merupakan gamelan klasik ataupun kontemporer. Salah satu bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-gamelan yang merupakan paduan paduan musik bernada pentatonis dan diatonis.

Salah satu tempat di Yogyakarta dimana anda bisa melihat pertunjukan gamelan adalah Kraton Yogyakarta. Pada hari Kamis pukul 10.00 - 12.00 WIB digelar gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri. Hari Sabtu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring wayang kulit, sementara hari Minggu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring tari tradisional Jawa. Untuk melihat pertunjukannya, anda bisa menuju Bangsal Sri Maganti. Sementara untuk melihat perangkat gamelan tua, anda bisa menuju bangsal kraton lain yang terletak lebih ke belakang.

gamelan sound

Naskah: Yunanto Wiji Utomo
Photo & Artistik: Singgih Dwi Cahyanto
Copyright © 2006 YogYES.COM


Anak Cinta Budaya Indonesia


Anak Indonesia dan Gamelan Tampil di Oslo

By Republika Newsroom
Minggu, 09 November 2008 pukul 19:46:00



LONDON--Penampilan gamelan dan kelompok anak-anak pencinta seni dan budaya Indonesia yang dibentuk KBRI Oslo, tampil memukau dalam Oslo World Music Festival (OWMF) yang diadakan di Oslo Internasjonalt Kultursenter Og Museum.

Dalam acara Barnasverdendager (program khusus anak-anak) di OWMF 2008, "Anak Indonesia" menyanyikan lagu rakyat dan perjuangan seperti Berkibarlah Benderaku, Potong Bebek Angsa, dan Anak Kambing Saya.

Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Olso Mansyur Pangeran dalam keterangannya kepada koresponden ANTARA London, Minggu mengatakan dengan keanekaragaman warna-warni pakaian daerah dari Sabang sampai Marouke memukau penonton yang memadati arena pertunjukan.

Dikatakannya penampilan pentas budaya anak-anak dan remaja Indonesia memberikan daya tarik sendiri khususnya bagi publik Norwegia yang sangat menghargai eksistensi berbagai budaya mancanegara.

Dalam acara OWMF itu tidak hanya ?Anak Indonesia? yang menampilkan seni budaya, KBRI-Oslo juga manampilkan Gamelan yang dikemas dalam tampilan bernuansakan Indonesia dengan panggung wayang kulit.

Mansyur Pangeran mengatakan workshop gamelan dilakukan Prof Joel Glover, dosen Oslo University warga Amerika dan Lars Jo hansen mahasiswa sekolah tinggi musik Oslo warga Norwegia, keduanya ahli gamelan hasil binaan KBRI Oslo.

Para pengunjung, yang sebagian besar anak-anak mendapat kesempatan memainkan dan mempelajari alat musik gamelan.

Pengunjung memperoleh penjelasan mengenai asal-usul alat musik yang cukup populer di kalangan masyarakat Norwegia tersebut.

Minat dan antusias besar atas pelaksanaan workshop gamelan selama dua hari Sabtu dan Minggu diikuti sekitar 5000 pengunjung barnasverdendager di OWMF 2008.

Manyur Pangeran mengatakan kehadiran Indonesia dalam barnasverdendager di OWMF 2008 ini merupakan bagian dari upaya berkesinambungan KBRI Oslo mempromosikan kekayaan seni dan budaya, serta pariwisata Indonesia, agar semakin dikenal di Norwegia.

Barnasverdendager merupakan program khusus bagi anak-anak untuk mengenai keragaman seni budaya mancanegara, ujarya.

Tahun ini, barnasverdendager yang telah terselenggara selama 10 tahun, memperkenalkan budaya Indonesia, Spanyol, Iran, Brasil, Srilangka, dan India.

OWMF 2008 sendiri merupakan salah satu ajang pertunjukan musik bergengsi di Oslo yang diadakan setiap tahun sejak tahun 1994.

Sejak mulai diselenggarakannya, sekitar 3000 artis mancanegara telah berpartisipasi dalam festival musik tersebut.

Tahun ini, OWMF diikuti artis dari 20 negara antara lain: Meksiko, Spanyol, Serbia, Mali, Portugal, Afrika Selatan, Palestina, Pantai Gading, Kuba, dan Itali dan dikunjungi oleh sekitar 12 ribu pengunjung.ant/ya

Kamis, 26 Maret 2009

Seruling

Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik.

Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emas atau campuran keduanya. Sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak.

Suling konser standar ditalakan di C dan mempunyai jangkauan nada 3 oktaf dimulai dari middle C. Akan tetapi, pada beberapa suling untuk para ahli ada kunci tambahan untuk mencapai nada B di bawah middle C. Ini berarti suling merupakan salah satu alat musik orkes yang tinggi, hanya piccolo yang lebih tinggi lagi dari suling. Piccolo adalah suling kecil yang ditalakan satu oktaf lebih tinggi dari suling konser standar. Piccolo juga umumnya digunakan dalam orkes.

Suling konser modern memiliki banyak pilihan. Thumb key B-flat (diciptakan dan dirintis oleh Briccialdi) standar. B foot joint, akan tetapi, adalah pilihan ekstra untuk model menengah ke atas dan profesional.

Suling open-holed, juga biasa disebut French Flute (di mana beberapa kunci memiliki lubang di tengahnya sehingga pemain harus menutupnya dengan jarinya) umum pada pemain tingkat konser. Namun beberapa pemain suling (terutama para pelajar, dan bahkan beberapa para ahli) memilih closed-hole plateau key. Para pelajar umumnya menggunakan penutup sementara untuk menutup lubang tersebut sampai mereka berhasil menguasai penempatan jari yang sangat tepat.

Beberapa orang mempercayai bahwa kunci open-hole mampu menghasilkan suara yang lebih keras dan lebih jelas pada nada-nada rendah.

Suling konser disebut juga suling Boehm, atau suling saja.

Sumber Wikipedia



Gamelan

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.

Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.

Gamelan Jawa terdiri atas instrumen berikut

Sumber Wikipedia

Rabu, 25 Maret 2009

Kebudayaan music Nusantara

ANGKLUNG
Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dar Tanah Sunda, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog


Asal-usul Angklung

Dalam rumpun kesenian yang menggunakan alat musik dari bambu dikenal jenis kesenian yang disebut angklung. Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen (bambu berwarna putih). Purwa rupa alat musik angklung; tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk wilahan (batangan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Angklung merupakan alat musik yang berasal dari Jawa Barat. Angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke Bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.
Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip).
Perenungan masyarakat Sunda dahulu dalam mengolah pertanian (tatanen) terutama di sawah dan huma telah melahirkan penciptaan syair dan lagu sebagai penghormatan dan persembahan terhadap Nyai Sri Pohaci, serta upaya nyinglar (tolak bala) agar cocok tanam mereka tidak mengundang malapetaka, baik gangguan hama maupun bencana alam lainnya. Syair lagu buhun untuk menghormati Nyi Sri Pohaci tersebut misalnya:
Si Oyong-oyong
Sawahe si waru doyong
Sawahe ujuring eler
Sawahe ujuring etan
Solasi suling dami
Menyan putih pengundang dewa
Dewa-dewa widadari
Panurunan si patang puluh
Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Perkembangan selanjutnya dalam permainan Angklung tradisi disertai pula dengan unsur gerak dan ibing (tari) yang ritmis (ber-wirahma) dengan pola dan aturan=aturan tertentu sesuai dengan kebutuhan upacara penghormatan padi pada waktu mengarak padi ke lumbung (ngampih pare, nginebkeun), juga pada saat-saat mitembeyan, mengawali menanam padi yang di sebagian tempat di Jawa Barat disebut ngaseuk.
Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.
Bahkan, sejak 1966, Mang Udjo —tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda— mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.

Sumber Wikipedia
Angklung

Angklung
Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dar Tanah Sunda, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.

Sumber Wikipedia